(The Wonderfull World)

gr

.

RSS

ILMU JIWA KEAGAMAAN



Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Punjab pada tanggal 22 Februari 1873. Nenek moyangnya berasal dari Khasmir dan telah masuk Islam 300 tahun sebelumnya. Beliau menamatkan pendidikan sekolah dasar dan menengah di Sialkot setelah itu pada tahun 1895 ia pergi ke Lahore untuk melanjutkan pendidikannya. Gurunya bernama Syamsul Ulema Mir Hasan, seorang syekh yang terkenal. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya ke Eropa, disanalah pemikirannya berkembang. Muhammad Iqbal wafat pada tanggal 21 April 1938.
Resume tentang Muhammad Iqbal ini diambil dari bab 5 mengenai “jiwa kebudayaan Islam”, dari buku yang berjudul ‘Membangun Kembali Pikiran Agama’.
Awal dalam bab itu menjelaskan pengandaian Abdul Quddus mengenai peristwa isra’ mi’raj yang dilakukan Nabi Muhammad SAW terjadi pada dirinya maka ia tidak akan kembali ke bumi karena itu adalah pencapaian tertinggi seorang manusia. Itulah bedanya pengalaman mistik yang dialami manusia biasa dengan pengalaman mistik yang dialami nabi, bila pengalaman mistik itu terjadi pada manusia biasa dan mesti kembali ke bumi itu tidak memiliki arti besar bai umat manusia. Namun jika itu terjadi pada diri seorang nabi maka itu memberi arti kreati bagi umatnya, karena pegalaman tersebut akan disisipkan ke dalam kancah zaman sehingga hal tersebut dapat mengawasi kekuatan-kekuatan sejarah dan dengan itu pula dapat terjadi gerakan perubahan untuk dunia ide yang baru.
Sekembalinya seorang nabi dari pengalaman religiusnya itu adalah diaggap sebagai suatu pembuktian pragmatis. Dalam menanggapi pengaruh material yang dihadapinya, nabi sudah menemukan dirinya sendiri dan sudah menampakkan diri pula di depan mata sejarah. Dalam hal pengamatan mengenai pengalaman religius seorang nabi, berarti juga mau mengamati pola sifat manusia yang diciptakannya serta kebudayan dunia yang telah dicetuskan dari jiwa kerasulannya.
Dalam kepribadian seorang nabi yang dianggap sebagai suatu kesadaran sufi, pusat hidup yang terbatas itu hanyut ke dalam pusat yang tak terbatas sekedar hanyalah persiapan mau melompat lagi dengan tenaga  baru untuk dapat menghancurkan yang lama serta membukakan tujuan-tujuan hidup yang baru. Menurut saya maksudnya adalah seorang nabi kehidupan dan kepribadiannya berbeda dengan manusia biasa, tujuan dari pengalaman religiusnya adalah untuk mencari kesempatan membentuk kembali kekuatan-kekuatan hidup yang bersifat kolektif (bersama).
Al-Qu’an menggunakan kata ‘wahyu’ menunjukkan bahwa Qur’an memandangnya sebagai suatu milik hidup yang universal, sekalipun kodrat dan wataknya berbeda tingkat evolusi hidup itu. Al-qur’an turun ke bumi itu sesuai dengan perkembangan zaman meskipun zaman terus berubah. Kesadaran kenabian adalah suatu cara penghormatan berpikir ceria memilih secara individu dengan melengkapi pertimbangan-pertimbangan yang sudah ada, pilihan-pilihan dan cara-cara bertindak.
Nabi Muhammad SAW berada antara dunia lama dan dunia baru, ditinjau dari wahyu beliau tergolong ke dalam dunia lama namun bila ditinjau dari jiwa semangat wahyu ia tergolong ke dalam dunia baru. Bagi beliau hidup itu menemukan sumber-sumber pengetahuan lain yang sesuai dengan tujuan-tujuan yang baru. Lahirnya islam, yang Muhammad Iqbal harapkan akan dapat kita coba untuk dapat diterima, ialah lahirnya intelek induktif.
Ini mengandung suatu pelajaran yang dalam bahwa hidup tak dapat selamanya harus dituntun, supaya dapat menyelesaikan kesadaran diri sepenuhnya manusia pada akhirnya mesti juga kembali kepada kemampuannya sendiri. Seruan di dalam Al-Qur’an untuk selalu kembali kepada akal dan pengalaman, dan dikatakan bahwa itu terletak dalam Alam dan sejarah sebagai sumber-sumber pengetahuan manusia.
Al-qur’an menganggap ‘anfus’ (ego) dan ‘Anfaq’ (dunia) (41:53) sebagai sumber pengetahuan. Tuhan menampakkan tanda-tandanya dalam pengalaman batin juga dalam pengalaman lahir dan sudah menjadi tugas manusialah menimbang kapasitas yang akan menghasilkan pengetahuan dari segenap segi-segi pengalaman.

Data Buku
Judul Buku : Membangun Kembali Pikiran Agama Islam
Penulis        : Sir Muhammad Iqbal
Penerjemah : Ali Audah, Taufiq Ismail, Goenawan Muhammad.
Tahun         : 1966
Kota           : Jakarta
Penerbit      : Tinta Mas Indonesia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Saran dan Kritik Anda