(The Wonderfull World)

gr

.

RSS

TEORI KRITIK DAN PENGGERAK EVOLUSI SOSIAL HABERMAS



Dalam resume Hemeneutika yang kedua ini, saya akan membahas pemikiran Jurgen Habermas. Pemikiran hermeneutika Habermas dikenal dengan Hermeneutika kritis, namun saya kurang mengerti bagaimana hermeneutika kritis itu, sehingga saya akan membahas mengenai salah satu pemikirannya yang akan merujuk pada hermeneutika kritis nya yaitu teori kritik dan penggerak evolusi sosial.
Teori kritik Habermas, adalah sebuah kritik terhadap krisis yang dialami oleh ilmu pengetahuan, dalam melakukan kritik tersebut ia mendasarkan diri pada fenomenologi Edmund Husserl. Husserl mengaitkan krisis yang dialami dengan teori, menurutnya teori sejati telah dilupakan oleh banyak disiplin yang maju dalam kebudayaan ilmiah dewasa ini. Kritik husserl tersebut dilakukan dengan tiga langkah: 1) ilmu telah berkembang menjadi objektivitas semu, yaitu sebagai cara berpikir yang memandang dunia sebagai susunan fakta-fakta obyektif beserta keterkaitannya. 2) subyek atau kesadaran manusia telah menjadi penafsiran yang melulu obyektifitas. 3) krisis disebabkan oleh kesalahan-kesalahan disiplin-disiplin ilmiah terhadap konsep teori sejati. Husserl membersihkan ilmu dari berbagai kepentingan, sehingga menghasilkan teori murni.
Pada kritik Husserl yang ketiga ini Habermas menolaknya, ia memang sejalan dengan Husserl namun ia menolaknya dengan menihilkan konsep teori sejati yang dipahami oleh fenomenologi Husserl.  Menurut Habermas, fenomenologi Husserl memang telah berhasil mengkritik positivisme. Tetapi ia tidak setuju dengan tujuan akhir fenomenologi untuk menghasilkan teori murni yang diyakini dapat diterapkan dalam praktik. Pencarian teori murni untuk menentukan tatanan kosmos yang bersifat tetap dan abadi, menurut Habermas merupakan ikhtiar yang sia-sia atau ilusi, ketika subyektifitas peneliti dihilangkari, karena bagaimana mungkin dapat diperoleh sebuah penjelasan ilmiah yang bersih dari kepentingan-kepentingan subyek peneliti, tatkala subyek ikut terintegrasi dalam kegiatan tersebut. Bagi Habermas, dengan menyembunyikan kaitan pengetahuan dengan kepentingan dan mengklain diri objektif, ilmu pengetahuan akan melaksanakan kepentingannya.
Pertautan antara pengetahuan dan kepentingan tersebut dijelaskan dalam tiga cakupan ilmu yaitu: pertama, ilmu-ilmu empiris-analitis (ilmu-ilmu alam) yang berada pada kepentingan teknis untuk menguasai proses-proses yang dianggap obyektif. Sistem acuan ilmu-ilmu ini adalah penguasaan teknis. Kedua, ilmu-ilmu histotis hermeneutis yang berusaha memahami makna dan bukan menjelaskan fakta yang diobservasi. Dalam terminologi ini maka tugas penafsir memegang peranan penting untuk mengkomunikasikan makna dalam fakta. Pada konteks ini, kepentingan praktis ditekankan untuk mencapai saling pengertian atau consensus. Ketiga, ilmu-ilmu kritis merupakan usaha lebih lanjut terhadap apa yang dilakukan oleh ilmu-ilmu sosial dalam menjelaskan berbagai tingkah laku sosial.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara kepentingan dengan pengetahuan tersebut hanyalah kepentingan teknis belaka yang telah menghasilkan ilmu-ilmu empiris analitis, baik ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial empiris. Dominasi kepentingan teknis menjadikan ilmu empiris-teknis lebih berhubungan dengan kekuatan-kekuatan produktif atau berorientasi pada usaha untuk melakukan kontrol teknis atas alam, manusia dan masyarakat. Sementara dominasi kepentingan praktis telah menghasilkan ilmu-ilmu historis-hermeneutis, baik ilmu-ilmu humaniora maupun ilmu sosial-simbolis. Kepentingan ini bertujuan menjadi bagian dari kekuatan-kekuatan komunikatif yang memajukan interaksi sosial yaitu dapat memperluas subjektivitas otentik serta mengurangi intersubjektivitas yang tertindas maupun yang tidak terakulasikan. Sementara ilmu-ilmu kritis lebih menekankan diri pada kepentingan kognitif melalui kekuatan refleksi diri (upaya untuk membebaskan diri dari segala sesuatu yang mendominasi, yang membelenggu dan mengarah pada kemungkinan adanya hubungan-hubungan ketergantungan) untuk melakukan kerja emansipatons manusia dari kesadran palsu.
Habermas adalah filsuf yang mempercayai adanya proses perkembangan masyarakat, yang ia sebut evolusi sosial, yang pasti akan terjadi di masyarakat. Perkembangan masyarakat tersebut diyakininya berlangsung secara evolutif. Evolusi sosial berlangsung melalui proses belajar masyarakat (sosial learning process) yang memungkinkan terjadinya transformasi sosial. Proses belajar masyarakat terjadi dalam dua dimensi: pertamam dimensi kognitif-teknis; dan kedua, dimensi moral praktis. Kedua dimensi tersebut harus mendapat perhatian yang seimbang tidak bisa direduksi satu sama lainnya. Dimensi kognitif-teknis akan membawakan penguasaan alam yang lebih besar dan meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan produktivitas kerja, sedangkan dimensi moral praktis membawakan proses-proses belajar komunikatif yang menghasilkan perbaikan-perbaikan kualitas komunikatif dari relasi-relasi diantara manusia.Menurut Habermas kedua macam proses belajar ini ditandai oleh logika tersendiri, artinya kemajuan dalam penguasaan alam tidak secara otomatis membawakan kemajuan dibidang relasi-relasi komunikatif, dan sebaliknya.
Melalui proses belajar masyarakat tersebut, struktur rasional yang terlembaga akan dapat tercapai, dan pada gilirannya akan menjadi kerangka acuan yang memungkinkan adanya proses-proses belajar ditingkat yang lebih tinggi.Hasil proses belajar masyarakat tersebut akan menjadi potensi kognitif dan normtif yang dapat diaktualkan pada saat masyarakat menghadapi masalah yang dihadapi dan tidak bisa dipecahkan dalam kerangka sosial.
Porses belajar atau rasionalisasi merupakan faktor utama yang mendorong bagi berlangsungnya evolusi sosial dimana peran individu-individu dalam proses belajar masyarakat mempunyai arti yang sangat penting.
Proses belajar masyarakat dari Habermas harus dipahami sebagai kekuatan yang integratif, baik dari masalah kognitif teknis, maupun moral praktis.Praksis adalah konsep sentral bagi teori-teori yang mencari pertautannya dengan kehidupan sosial.Teori harus mempunyai maksud praksis.Praksis merupakan tindakan manusia dalam dunia diluar dirinya baik kepada alam maupun kepada masyarakat.
Demikian merupakan penjelasan pemikiran Habermas tentang teori kritik dan penggerak evolusi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Ulumuddin. 2006. Jurgen Habermas dan Hermeneutika Kritis (Sebuah Gerakan Evolusi sosial. Jurnal Hunafa Vol. 3 No. 1 Maret 2006:73-90

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan Tinggalkan Saran dan Kritik Anda